Di masyarakat kita, siapakah yang tak kenal dengan kopi? Minuman yang sangat disuka kebanyakan orang, dan juga tak sedikit yang anti dengan minuman ini dengan alasan dapat mengganggu kesehatan, menyebabkan kecanduan, teman setia rokok, identik dengan orang tua, atau sederet alasan lain yang diutarakan untuk menjauhkan diri dari minuman yang satu ini. Tapi tahukah sobat Dliya’ bahwa kopi sebenarnya minuman kegemaran kaum Sufi?
Dengan meminum kopi, orang-orang kelas ma’rifat (yang tidak memiliki dan terjangkit penyakit yang semakin parah karena minum kopi) semakin tegar beribadah, seolah kopi mendatangkan cahaya bagi rohani dan jasmani mereka. Sayyid Abdurrohman bin Muhammad bin Abdurrohman bin Muhammad as-Saqqaf al-Husainy al-Hadramy dari marga al-Idrus (1070 H-1113 H) mengatakan dalam kitabnya Iinaasush Shofwah bi Anfaasil Qahwah: Biji kopi baru ditemukan pada akhir abad VIII H di Yaman oleh penemu kopi Mukha, Imam Abul Hasan Aliy asy-Syadziliy bin Umar bin Ibrahim bin Abi Hudaimah Muhammad bin Abdulloh bin al-Faqih Muhammad Disa’in (nasabnya bersambung hingga kepada seorang sahabat bernama Khalid bin Asad bin Abil Ish bin Umayyah al-Akbar bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay). Beliau adalah pengikut tarekat Syadiliyah, bukan pendirinya (karena pendiri tarekat Syadiliyah, Imam Abu Hasan asy-Syadziliy telah wafat pada tahun 828 H). Dalam penemuan biji kopi, Imam Abul Hasan mendahului Imam Abu Bakr al-Idrus. Sehingga Imam Abul Hasan Aliy adalah penemu biji kopi sedangkan Imam Abu Bakr al-Idrus adalah penyebar kopi di berbagai tempat.
Beliau menggubah syair mengenai kopi sebagai beikut:
قَهْوَةُ الْبُنِّ يَا أَهْلَ الْغَرَامْ سَاعَدَتْنِيْ عَلَى طَرْدِ الْمَنَامْ. وَ أَعَانَتْنِيْ بِعَوْنِ اللهِ عَلى طَاعَةِ اللهِ وَ الْعَالَمُ نِيَامْ. قَافُهَا الْقُوْتُ وَ الْهَاءُ الْهُدَى وَاوُهَا الْوُدُّ وَ الْهَاءُ هِيَامْ. لاَ تَلُوْمُوْنِيْ عَلَى شُرْبِيْ لَهَا إِنَّهَا شُرْبُ سَادَاتٍ كِرَامٍ
Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati dengan-Nya, kopi membantuku mengusir kantuk. Dengan pertolongan Alloh, kopi menggiatkanku taat beribadah kepada-Nya di kala orang-orang sedang terlelap [Qahwah (kopi)], qaf adalah quut (makanan), ha adalah hudaa (petunjuk), wawu adalah wud (cinta), dan ha adalah hiyam (pengusir kantuk). Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman para junjungan yang mulia. Syeikh Abu Bakr bin Abdulloh al-Idrus berkata tentang kopi yang digemarinya: Wahai qahwatul bunn (kopi)! Huruf qaf di awalmu adalah quds (kesucian), huruf kedua ha adalah hudaa (petunjuk), dan huruf ketigamu adalah wawu. Huruf keempatmu adalah ha, berikutnya alif adalah ulfah (keakraban), lam sesudahnya adalah lutfh (belas kasih dari Alloh). Ba adalah basth (kelapangan), dan nun adalah nur (cahaya). Oh, kopi, kau laksana purnama yang menerangi cakrawala. Imam Hamzah bin Abdullah bin Muhammad an-Nasyiriy al-Yamaniy asy-Syafi’I, penduduk Zabid (832 H-936 H) adalah seorang sastrawan ulung yang ahli tumbuh-tumbuhan. Dia menggubah seribu bait nadzam mengenai kemukjizatan al-Qur”an, menulis kumpulan fatwa, dan menggubah nadzam lebih dari 80 bait mengenai manfaat kopi, yang antara lain isinya adalah kopi bisa membangkitkan semangat seseorang dan mengantarkannya mencapai kesuksesan. Disebutkan dalam kitab al-Iinas bahwa huruf ba dan nun pada kata bunn (kopi), masing-masing berarti bidayah (permulaan) dan nihayah (akhir/puncak), yakni mengantarkan seseorang dari awal langkah hingga akhir/sampai sukses. Nah, setelah uraian tentang kegemaran dan sanjungan ulama Sufi akan kopi, manfaat, serta falsafah tentangnya, apakah sobat Dliya’ masih akan menganggap kopi sebagai minuman yang harus dijauhi? KOPI ADALAH MINUMAN HALAL<p> </p><p>Mayoritas ulama tidak meragukan lagi kehalalan kopi.
Dalam kitab Syarh al-’Ubab Syeikh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa menggunakan sesuatu yang jaiz sebagai sarana hukumnya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuannya untuk kebaikan maka penggunaan sarana tersebut bernilai pahala, dan jika tujuannya untuk maksiat maka bernilai dosa (untuk meniru niat para ulama Sufi, lihat tips Dliya’ tentang Fatihah yang dibaca sebelum meminum kopi). Para ulama yang menghalalkan kopi antara lain: Syeikhul Islam Zakariya al-Anshori, Syeikh Abdurrahman bin Ziyad az-Zabidiy, Syeikh Zaruq al-Malikiy al-Maghribiy, Syeikh Abdulloh bin Sahl Baqusyair, Syeikh Muhammmad bin Abdulqadir al-Habbaniy, Syeikh Abdulmalik bin Disa’in, dll. Para ulama yang menyanjung kopi antara lain: Abu Bakr bin Abdullah al-Idrus, Abdurrahman bin ‘Aliy, Syeikh bin Ismail, Ahmad bin ‘Alawy Bajahdab, Abu Bakr bin Salim, Abdullah bin Alawy al-Haddad, Hatim al-Ahdal, as-Sudiy, Umar bin Abdulllah Bamakhramah beserta putranya, Al-Amudiy, dll. Banyak ulama Sufi yang berkomentar tentang kopi yang pada prinsipnya mereka menggemari kopi karena dengan meminumnya mereka lebih giat beribadah, terutama pada malam hari ketika banyak manusia yang tertidur lelap. Syeikh Umar bin Abdullah Bamakhramah, Syeikh Abdul Mu’thiy bin Hasan bin Abdullah bin Ahmad Bakatsir al-hadramiy (Makkah 905-Ahmadabad India 989 H) juga putranya yang bernama Ahmad dan beberapa nama lain menggubah nadzam dalam untaian bait yang amat banyak yang berisi sanjungan terhadap kopi sebagai minuman yang amat bermanfaat untuk penggiat ibadah kepada Alloh.
Perhatikan dua bait syair berikut:
قَدْ أَقْبَلَتْ وَ سَوَادُهَا يَتَوَقَّدُ وَ مِنَ الْعَجَائِبْ أَنْ يُضِيْئَ اْلأَسْوَدُ بِسَوَادِهَا ابْيَضَّتْ قُلُوْبُ أُولِي النُّهَى بِسَوَادِهَا سَادَ السَّوَادَ وَ يُحْمَدُ
Kopi memang hitam tapi menyalakan semangat, bahkan memancarkan cahaya. Hitamnya kopi membuat hati orang-orang kelas tinggi memutih, sehingga mereka terpuji melebihi kebanyakan manusia. Sekarang tinggal pilihan sobat Dliya’, memilih kopi yang dipilih kaum Sufi sebagai penggiat ibadah (tentunya dengan mengikut niat mereka, dan toh mereka tak jatuh sakit karena meminumnya), atau malah meninggalkannya karena ketakutan yang tidak beralasan? Sumber: Tafriihul Quluub wa tafriihul Kuruub karya Sayyid Habib Umar bin Saqqaf (terjemahan, hal. 209-215, Bintang Terang, Jakarta).
Pada abad 16 Kopi Masuk Benua Eropa Sumber sejarah mengindikasikan bahwa kopi masuk ke Benua Eropa melalui Italia. kerjasama dagang yang cukup baik antara Italia dengan Afrika Utara. Mesir dan Barat adalah awal perkenalan meraka terhadap kopi. Setelah mencoba rasanya, mereka pun yakin akan potensi pasar yang cukup besar di daratan Eropa. Sejak 1570, dimulailah import kopi ke Benua tersebut. Pada awalnya kopi masih merupakan minimuman elit di Eropa. Hanya orang-orang kaya yang dapat menikmatinya. Baru setelah banyak dijual di pasaran Wina, kopi menjadi konsumsi umum masyarakat. Kedai Kopi pertama kali di Wina dibuka pada 1645. Begitu digemarinya minuman asal Arab ini, pada 1763 sudah ada 218 kedai kopi di Wina. Perdagangan kopi pun meluas dari Wina ke Amalfi, Turin, Genoa, Milan, Florencia, dan Roma.Setelah itu, kopi kemudian tersebar ke seluruh Benua Eropa. Kopi Masuk Indonesia melalui Belanda. Kurang jelas kapan tepatnya kopi dikenal di Belanda. Namun, Belanda waktu itu pernah menjadi negara eksporter kopi terbesar di Eropa. Diyakini bahwa Belanda pertama kali mendapatkan benih kopi dari masyarakat Muslim di Asia Timur. Dari benih tersebut, kemudian mereka tanam secara besar-besaran di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Dari Jawa inilah mereka sukses besar dalam bisnis kopi di Eropa. Kopi Masuk Benua Amerika. Kopi dikenal di Benua Amerika melalui penjajahan Perancis di sebagian besar Benua tersebut. Kopi Perancis pertama kali dikenalkan di Martinique di mana kebun kopi ditemukan di sana. Kopi Turki Menjadi Kopi Cappucino. Cara masyarakat Eropa mengonsummsi kopi tidak jauh berbeda dengan masyarakat Muslim waktu itu, yaitu menghidangkannya sebagai minuman kopi murni. Kopi bubuk direbus dengan air kemudian ditambah gula untuk menghilangkan rasa pahitnya. Namaun, pada saat ini semakin banyak kita kenal kopi yang disajikan dalam bentuk campuran seperti susu, krimer atau bahan minuman lain seperti jahe dan ginseng serta penambahan berbagai jenis flavor selain kopi. Inovasi terhadap penyajian kopi ini diawali pada tahun 683, yakni sejak ditemukan kopi yang dikenal hingga kini dengan cappuccino. Cara penyajian ala cappuccino ini diinspirasi oleh pesanan Marco D'Aviano, seorang imam Biara Capuchin, yang ikut perang melawan pasukan Turki Ustmani di Benteng Wina 1683. Menyusul kemenangan mereka terhadap pasukan Turki, mereka menemukan karung berisi kopi yang ditinggalkan oleh tentara Turki. Namun bagi mereka rasa kopi tersebut terlalu kuat, dicampurkanlah ke dalamanya kream dan madu. Campuran ini menjadikan kopi berubah warnaya menjadi coklat yang mirip dengan warna jubah yang dikenakan Biara Capuchin. Penamaan cappuccino ini merupakan penghormatan untuk Marco D'Aviano's. Sejak saat itulah cappuccino menjadi minuman yang cukup digemari dengan rasa yang sangat enak. Cappucino juga menjadi simbol kemenangan Eropa terhadap Khilafah Turki Utsmani. Nah, ternyata pengaruh budaya Islam terhadap Eropa sangatlah kuat dan banyak sekali, tidak hanya dalam bidang sains, teknologi, seni, dan arsitektur. Kisah di atas hanya menampilkan salah satu dari sekian banyak tradisi masyarakat Islam yang diadopsi oleh bangsa Eropa dan kemudian menyebar ke semua peradaban dunia.
ConversionConversion EmoticonEmoticon