WALI PAIDI 43

Wali paidi berdoa disamping makam seorang sesepuh yg bisa juga disebut sebagai kiai tapi lebih ketara seperti seorang kejawen, ngomongnya ceplas ceplos tanpa tendeng aling-aling, orang banyak menggapnya kejawen karena setiap ada orang yg mengeluhkan masalahnya pada beliau selalu dijawab dg ajaran2 jawa, bahkan sesepuh ini pernah bilang kepada wali paidi kalau dia tahu setiap permasalah setiap orang yg datang kpdnya dg hanya melihat hari dan pasarannya ,kalau ada orang datang di hari rabu pahing, di waktu / jam sekian maka permasalahnya ini, melihat hari, pasaran dan jam itu sebagai petunjuk awal beliau.

Yang menarik dan membuat wali paidi tertawa ngakak adalah gayanya yg ceplas ceplos tanpa tedeng aling2, wali paidi teringat diwaktu wali paidi sowan kepada beliau kala itu, Sewaktu wali paidi duduk dan ngobrol santai dg beliau datanglah seorang santri thoriqoh sowan kepada beliau, perasaan wali paidi jd gak enak melihat kedatangan santri ini, karena wali paidi yakin kalau sesepuh akan menghabisinya dg komentarnya yg ceplas-ceplos , dan gurauannya yg menyerempet bahaya

" ada apa.." tanya sesepuh

" begini mbah saya ini minta petunjuk, bagaimana cara menjadi salik ( pelaku thoriqoh ) yg baik, sehingga cepat mencapai jalan menuju Allah dan makrifat kpdNya...." kata santri

" thoriqoh itu kacangan..." ledek sesepuh

Wali paidi yg mendengar itu lansung tertawa ngakak, lalu sesepuh melanjutkan perkataannya

" orang thoriqoh itu orang yg tidak tahu, sehingga butuh jalan sebagai petunjuk..."

Santri thoriqoh ini kebingungan mendengar jawaban sesepuh ini, sesepuh memandang santri thoriqoh ini dg tatapan tajam dan sesepuh berkata lagi dg pedasnya

" opo matamu picek, gusti Allah itu lebih dekat dari urat nadimu, sudah dekat sekali kepadamu, trus mengapa kamu malah ngalor ngidul menyusuri jalan, berjalan kesana kemari mencari Allah, ya tambah jauh jadinya...."

" maka dari itu saya minta petunjuk pada simbah, supaya hati saya bisa hudur ilallah..." kata santri dg agak takut

" trus kalau kamu bisa hudur kpd Allah, bisa menghadap Allah, kamu mau bilang apa kepada Allah, mau sambat.... pingin sugih...pingin tamumu banyak...." kata sesepuh

Santri ini hanya garuk-garuk kepala semakin kebingungan, wali paidi mulai tadi hanya bisa tertawa melihat itu semua

" lihatlah dia..." kata sesepuh kepada santri sambil menunjuk wali paidi

" dia itu orang thoriqoh seperti kamu, diangkat jadi wali bukan karena thoriqohnya, tapi karena mengganti gurunya yg sudah mati, wali apa itu, wali kacangan, ecek - ecek, gak bahaya blas..."

Wali paidi tertawa terpingkal-pingkal mendengar ledekan sesepuh kepadanya dan dg masih tertawa wali paidi berkata mencoba membalas kepada sesepuh

" lumayan mbah daripada sampeyan dari dulu jd kiai sampai tuapun gak jadi wali..."

Sesepuh ganti yg tertawa mendengar sindiran wali paidi

" aku ora doyan, seumpama disuruh milih, mendingan aku jadi kiai seperti ini daripada jadi wali kacangan kayak kamu, isone mung ganteni gurune hehehehe..." balas sesepuh

" kan tetap aja wali..." kata wali paidi sambil menari-nari dihadapan sesepuh

Santri yang melihat kelakuan sesepuh dan wali paidi ini jadi gak karuan perasaannya, bingung bercampur pingin tertawa

" tugas para wali kan menjaga masyarakat, membimbing masyarakat, gampangannya melayani masyarakat, jadi kamu ini pelayanku dan aku ini juraganmu.." kata sesepuh ganti menari-nari dihadapan wali paidi

" hahahahaha....." wali paidi tertawa

Wali paidi tersenyum sendiri kalau mengingat peristiwa itu, sambil melihat pusara makamnya,

wali paidi berkata dihatinya " bisa jadi beliau ini wali yg derajadnya tinggi sehingga aku tidak mengetahui kewaliannya atau Allah punya pasukan khusus yg terdiri bukan dari kalangan wali, tapi kedudukannya diatas para wali....ah...memang betul apa kata sesepuh aku ini memang kacangan....."
Previous
Next Post »