Ketika wali paidi enak- enak ngopi dan menikmati rokoknya
lewatlah seorang penjual kacang godok, orang ini menjual kacang dg
memakai pikulan, memakai sarung, baju taqwa dan memakai peci yg
semuanya terlihat lusuh, ketika menjual kacang dia hanya diam tidak
berteriak menawarkan dagangannya, kalau ada orang memanggil baru dia
berhenti, kalau gak ada yg beli dia berjalan terus
" penjual kacang ini tetap tidak berubah sejak dulu, sewaktu aku kecil penjual kacang ini sudah jualan, dan sampai sekarang wajah, kulit dan pakaiannya tidak berubah, sama persis seperti yg dilihat wali paidi sewaktu kecil, " wali paidi membathin
Wali paidi tersadar kalau sebenarnya penjual kacang ini bukan orang sembarangan, wali paidi berdiri dan berniat menghampiri penjual kacang godok tsb. Penjual kacang itu masuk disebuah gang kampung, wali paidi mengejarnya, ketika wali paidi masuk gang penjual kacang itu sudah tidak terlihat hilang entah kemana
" mungkin beliau tidak berkenan dan asyik dg kesendiriannya " bathin wali paidi
Malamnya wali paidi bermimpi, dalam mimpi tersebut wali paidi bertemu dg gurunya seorang mursyid yg kamil yg sudah meninggal beberapa tahun yg lalu.
Dalam mimpinya guru wali paidi berkata kepadanya " nak, wali-wali Allah ada sebagian yg tersembunyi, gusti Allah memang menyembunyikan mereka, tugas merekapun hanya Allah yg tahu, semisal organisasi wali yg seperti ini tidak masuk menjadi anggota maupun jajaran pengurus, tapi lansung menjalankan tugas dari Allah. Nak, salah satu wali yg seperti ini adalah uwais alqorni dan penjual kacang godok yg kamu temui kemarin, mereka ini wali yg mastur ( tersembunyi ), jangankan aku, rajanya wali seperti syaikh abdul qodir maupun syaikh abu hasan as syadzili pun tidak akan tahu kalau mereka ini wali, bukan karena derajadnya lebih tinggi tapi Allah yg menyembunyikannya, andai aku masih hidup aku juga tidak akan tahu.."
Lalu wali paidi terbangun dari tidurnya " subhanallah....." ucap wali paidi
Besoknya wali paidi mencari keberadaan penjual kacang yg ditemuinya kemarin, tapi tidak ketemu, wali paidi memang tidak terlalu ngoyo mencari keberadaan penjual kacang tersebut hanya sekedarnya saja, kalau ketemu ya alhamdulillah kalau tidak ya gak apa-apa.
Baru satu bulan kemudian wali paidi mendengar keberadaan penjual kacang tersebut, beliau ini bernama Amin orang biasa memanggilnya pakmin kacang, beliau bertempat tinggal didaerah pinggiran salah satu kota dijawa timur, wali paidi baru tahu keberadaan pak amin ini setelah beliau sudah meninggal, menurut orang di kampungnya pakmin ini orangnya tidak banyak omong tapi jiwa sosialnya tinggi sekali,pernah pakmin ini sendirian membetulkan pagar sekolah SD yg roboh dikampungnya, dia menabung sedikit demi sedikit uang dari hasil menjual kacangnya, pernah juga pakmin ini sendirian membetulkan jalan dikampung yg sudah rusak parah, beliau memaving sedikit demi sedikit, memang membutuhkan waktu yg lama tapi akhirnya rampung juga.
Orang kampung banyak yg menasehati pakmin, supaya membiarkan saja jalan yg rusak tsb, karena sebentar lagi pemerintah yg membetulkannya dan itu memang sudah jadi program pemerintah, tapi pakmin tidak mau, beliau tetap membetulkan jalan tsb, beliau bilang " gak apa-apa, mudah2an dg membetulkan jalan ini, Allah memudahkan jalanku diakhirat kelak"
Lalu wali paidi diajak berjalan kesawah yg berada disamping rumah pakmin, wali paidi melihat dikejauhan ditengah areal persawahan ada sebuah surau ( langgar )
" itu langgar peninggalan pakmin, beliau baru saja merampungkannya sebelum meninggal " kata orang kampung tetangga pakmin ini
Tetangga pakmin ini lalu bercerita kepada wali paidi, kalau sebelum pakmin meninggal dia sempat bertanya kpd pakmin, mengapa beliau susah payah membangun langgar, sedang beliau ini miskin, biarkan orang - orang kaya saja yg membangun langgar krn itu mmg sudah kewajibannya, Beliau ( pakmin ) menjawab, : " nabi Nuh pernah mendatangiku, beliau ( nabi Nuh ) menyuruhku untuk membuat perahu seperti yg dibuat olehnya kala itu untuk menyelamatkan umat, dan dari perintahnya itu alhamdulillah Allah mengijinkan aku untuk membangun langgar kecil, langgar itulah perwujudan dari perahu nabi nuh..."
Wali paidi menunduk, menyembunyikan airmata yg mulai menggenang dimatanya, wali paidi tidak kuat menahan keharuan dihatinya, dia lalu pamit pergi " terimakasih...." pamitnya lirih
" penjual kacang ini tetap tidak berubah sejak dulu, sewaktu aku kecil penjual kacang ini sudah jualan, dan sampai sekarang wajah, kulit dan pakaiannya tidak berubah, sama persis seperti yg dilihat wali paidi sewaktu kecil, " wali paidi membathin
Wali paidi tersadar kalau sebenarnya penjual kacang ini bukan orang sembarangan, wali paidi berdiri dan berniat menghampiri penjual kacang godok tsb. Penjual kacang itu masuk disebuah gang kampung, wali paidi mengejarnya, ketika wali paidi masuk gang penjual kacang itu sudah tidak terlihat hilang entah kemana
" mungkin beliau tidak berkenan dan asyik dg kesendiriannya " bathin wali paidi
Malamnya wali paidi bermimpi, dalam mimpi tersebut wali paidi bertemu dg gurunya seorang mursyid yg kamil yg sudah meninggal beberapa tahun yg lalu.
Dalam mimpinya guru wali paidi berkata kepadanya " nak, wali-wali Allah ada sebagian yg tersembunyi, gusti Allah memang menyembunyikan mereka, tugas merekapun hanya Allah yg tahu, semisal organisasi wali yg seperti ini tidak masuk menjadi anggota maupun jajaran pengurus, tapi lansung menjalankan tugas dari Allah. Nak, salah satu wali yg seperti ini adalah uwais alqorni dan penjual kacang godok yg kamu temui kemarin, mereka ini wali yg mastur ( tersembunyi ), jangankan aku, rajanya wali seperti syaikh abdul qodir maupun syaikh abu hasan as syadzili pun tidak akan tahu kalau mereka ini wali, bukan karena derajadnya lebih tinggi tapi Allah yg menyembunyikannya, andai aku masih hidup aku juga tidak akan tahu.."
Lalu wali paidi terbangun dari tidurnya " subhanallah....." ucap wali paidi
Besoknya wali paidi mencari keberadaan penjual kacang yg ditemuinya kemarin, tapi tidak ketemu, wali paidi memang tidak terlalu ngoyo mencari keberadaan penjual kacang tersebut hanya sekedarnya saja, kalau ketemu ya alhamdulillah kalau tidak ya gak apa-apa.
Baru satu bulan kemudian wali paidi mendengar keberadaan penjual kacang tersebut, beliau ini bernama Amin orang biasa memanggilnya pakmin kacang, beliau bertempat tinggal didaerah pinggiran salah satu kota dijawa timur, wali paidi baru tahu keberadaan pak amin ini setelah beliau sudah meninggal, menurut orang di kampungnya pakmin ini orangnya tidak banyak omong tapi jiwa sosialnya tinggi sekali,pernah pakmin ini sendirian membetulkan pagar sekolah SD yg roboh dikampungnya, dia menabung sedikit demi sedikit uang dari hasil menjual kacangnya, pernah juga pakmin ini sendirian membetulkan jalan dikampung yg sudah rusak parah, beliau memaving sedikit demi sedikit, memang membutuhkan waktu yg lama tapi akhirnya rampung juga.
Orang kampung banyak yg menasehati pakmin, supaya membiarkan saja jalan yg rusak tsb, karena sebentar lagi pemerintah yg membetulkannya dan itu memang sudah jadi program pemerintah, tapi pakmin tidak mau, beliau tetap membetulkan jalan tsb, beliau bilang " gak apa-apa, mudah2an dg membetulkan jalan ini, Allah memudahkan jalanku diakhirat kelak"
Lalu wali paidi diajak berjalan kesawah yg berada disamping rumah pakmin, wali paidi melihat dikejauhan ditengah areal persawahan ada sebuah surau ( langgar )
" itu langgar peninggalan pakmin, beliau baru saja merampungkannya sebelum meninggal " kata orang kampung tetangga pakmin ini
Tetangga pakmin ini lalu bercerita kepada wali paidi, kalau sebelum pakmin meninggal dia sempat bertanya kpd pakmin, mengapa beliau susah payah membangun langgar, sedang beliau ini miskin, biarkan orang - orang kaya saja yg membangun langgar krn itu mmg sudah kewajibannya, Beliau ( pakmin ) menjawab, : " nabi Nuh pernah mendatangiku, beliau ( nabi Nuh ) menyuruhku untuk membuat perahu seperti yg dibuat olehnya kala itu untuk menyelamatkan umat, dan dari perintahnya itu alhamdulillah Allah mengijinkan aku untuk membangun langgar kecil, langgar itulah perwujudan dari perahu nabi nuh..."
Wali paidi menunduk, menyembunyikan airmata yg mulai menggenang dimatanya, wali paidi tidak kuat menahan keharuan dihatinya, dia lalu pamit pergi " terimakasih...." pamitnya lirih
ConversionConversion EmoticonEmoticon